Budi Darma: Pengaruh Bob Dylan di Dunia Barat Sangat Besar

Masih kental di benak saya ketika awal mula berjumpa dan kenal secara langsung dengan sastrawan gaek Budi Darma beberapa tahun yang lalu. Lelaki yang umurnya sudah lebih dari setengah abad itu benar-benar hangat.

Di samping cakap menulis soal rasa getir manusia, syak swasangka, atau degradasi moral, dia juga memiliki selera humor yang kelewat asing serta memiliki rasa kagum terhadap musisi dan seniman Bob Dylan.

Saya masih simpan perbincangan pendek saya dan Budi Darma soal Bob Dylan: musisi gaek yang sama-sama kami kagumi, kendati tidak harus terlalu fanatik. Obrolan singkat ini ketika Bob Dylan dianugerahi Nobel Sastra pada 2016 lalu dan sempat menuai polemik. Berikut petikannya:

Apa pandangan Anda soal Bob Dylan?

Pengaruh Bob Dylan di dunia barat sangat besar.

Seberapa besar?

Di Indonesia kita menghormati Iwan Fals. Dan di Amerika, penghormatan orang Amerika terhadap Bob Dylan lebih besar daripada penghormatan orang Indonesia terhadap Iwan Fals.

Pantaskan Bob Dylan dianugerahi Nobel Sastra?

Ada dua tokoh non-sastrawan sebelum ini (Bob Dylan) yang pernah menerima nobel yaitu [Winston] Churchill karena pidato-pidatonya yang membangkitkan semangat tentara sekutu di seluruh dunia dalam pertempuran melawan Jerman dan Jepang waktu perang dunia II. [Ini] mirip pidato Bung Tomo dulu.

Yang lain, [ada] Bertrand Russell. Ahli matematika dan filsuf karena esai-esainya bagus. Mengenai Bob Dylan, itu sepenuhnya wewenang Swedish Academy.

Terkait polemik Bob Dylan?

Dua tahun setelah Elfriede Jelinek menerima nobel [sastra dengan] novel utamanya The Piano Teacher, dua orang jurinya menarik diri karena menurut mereka, penilaian Swedish Academy keliru dan tidak sepantasnya Jelinek mendapat nobel.

Artinya?

Sebagian juri Swedish Academy bukan juri tetap, tapi standing committee. Bisa ganti sesuai dengan penunjukan Swedish Academy.

Anda suka dengarkan Bob Dylan?

Ya, suka, juga suka Iwan Fals dan Ebiet G. Ade.

*Tulisan saya muat lantaran tahun ini penerimaan Nobel Sastra ditunda akibat laporan skandal seks dan akan dianugerahkan kembali pada tahun 2019 mendatang.